Jumat, 09 Desember 2011

Skenario RPP-ku


Ø Setting:
Ruang kelas terdiri dari meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, dan papan tulis.
Ø Alat dan Media
Busur, penggaris, poster materi, gambar

Guru: (memasuki kelas dan menaruh alat dan media yang dibawanya di atas meja. Lalu memandang siswa beberapa detik sambil tersenyum) “Asslammualaikum wr… wb…”
Siswa: (siswa memandang guru dan balas tersenyum) “Walaikumsalam wr… wb…”
Guru: “Apa kabar kalian hari ini?”
Siswa: “Baik Bu!”
Guru: “Sebelum kita memulai pelajaran, alangkah baiknya kita berdoa dulu. Ibu minta ketua kelas yang baik hati untuk maju ke depan dan memimpin kita berdoa.”
Ketua kelas maju ke depan. Guru bersama-sama siswa mulai berdoa.
Guru: (memandang ketua kelas) “Terima kasih. Kamu boleh duduk di bangkumu sekarang.” (memandang seluruh siswa). “Apakah ada yang tidak masuk hari ini?”
Siswa: “Hadir semua bu!!!”
Guru: “Alhamdulillah. Baiklah, sebelum memulai pelajaran, pusatkanlah perhatian kalian. Karena kita akan memasuki materi yang menantang dan menyenangkan. Ibu tahu kalian pasti bisa memahaminya dengan baik. Ketahuilah, siswa-siswa seperti kalian sudah berhasil dalam materi ini, terutama kalau mau akhif bertanya dan berpartisipasi. Apalagi materi ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Sekarang keluarkan catatan kalian dan mari kita sedikit mengulang materi tentang operasi hitung. Coba, berapakah 34 + 0,6?” (guru menuliskan soal)
Siswa: “34,6!!”
Guru: “Bagus. Kalau 23 + 0,45?”
Siswa: “23,45!”
Guru: “Pintar… nah sekarang berapakah 0,2  30?”
Siswa: “0,6!”
Guru: “Benar, tapi itu kalau 0,2  3? Lalu berapakah 0,2  30?”
Siswa: “6, Buu!!!”
Guru: “Benar sekali. Nah, berapakah 42  ?”
Siswa:!!”
Guru: “Tepat! Lalu kalau kita sederhanakan ke bentuk desimal, berapakah  itu?”
Siswa: (berpikir) “0,7 Bu!”
Guru: “Tepat sekali!” (guru tersenyum bangga pada siswa) “Setelah penyegaran kecil ini, ibu rasa sebaiknya kita mendekati bagian dari materi kita kali ini, yaitu  Garis dan Sudut.” (Guru menuliskan Garis dan Sudut di papan tulis) “Tujuan dari pembelajaran kita hari ini adalah agar kita mampu memahami kedudukan dua garis, sudut, dan mengubah satuan derajat ke satuan menit dan detik.”
Siswa: (mendengarkan sambil menulis apa yang guru tulis)
Guru: (menempel poster untuk dua garis sejajar, dua garis berpotongan, dua garis berimpit, dan dua garis bersilangan di bagian atas papan tulis, sehingga siswa yang penasaran akan lebih memfokuskan perhatiannya dengan mendongak)
Siswa: (memperhatikan apa yang guru lakukan)
Guru: (menempel gambar kotak di papan tulis dan menempel gambar balok) “Kalian tahu ini gambar apa? (guru menunjuk kotak)
Siswa: “Kotak, bu.”
Guru: “Kalau yang ini?” (guru menunjuk gambar balok)
Siswa: “Balok!!!”
Guru: “Benar. Jadi, kotak ini jika kita gambarkan ke bentuk balok, akan menjadi seperti ini. (guru menunjuk kotak dan balok bergantian)
Siswa: (mengikuti arah tunjuk guru)
Guru: “Kita namai dulu balok ini, anggaplah namanya balok ABCD.EFGH. Sekarang, kalau kita gambar ulang garis AB dan DC. Ingat jarak kedua ujungnya harus sama. Misal jarak ujung satunya 2cm, maka jarak di ujungnya yang lainpun harus 2cm.” (guru menggambar garis AB dan DC. Lalu memandang ke siswa). “Ibu minta tolong si A untuk maju ke depan, dan coba perpanjang garis ini.”
Siswa A: (maju ke depan)
Guru: “Coba kamu perpanjang sampai ujung papan tulis ini.” (guru memandang siswa lainnya sambil berkeliling kelas) “Coba kalian gambar juga di buku kalian dua garis yang jarak kedua ujungnya sama, lalu perpanjanglah!”
Siswa A: “Sudah, Bu!”
Guru: “Terima kasih. Kamu boleh duduk di bangkumu lagi.” (sambil tersenyum)  “Lihatlah! Apa yang terjadi pada garis di papan tulis ini dan garis yang telah kalian gambar?”
Siswa: (memperhatikan garis di papan tulis dan yang digambarnya)
Guru: “Apakah kedua ujungnya bertemu?”
Siswa: (siswa menggeleng) “Tidak, bu.”
Guru: “Garis seperti ini disebut garis sejajar.” (guru menulis ‘Dua garis sejajar’ pada poster) “Jadi, dua garis dikatakan jika garisnya apa?”
Siswa: “Tidak bertemu.”
Guru: “Pintar. Dua garis dikatakan sejajar jika terletak pada satu bidang datar dan tidak akan pernah bertemu atau berpotongan jika garis tersebut diperpanjang hingga tak terhingga.”
Siswa: (mendengarkan/menuliskannya dengan bahasa sendiri)
Guru: “Sekarang, jika kita gambar lagi garis AB dan AD dari balok tersebut seperti ini.” (guru menggambar garis AB dan AD) “Ibu minta siswa B untuk memperpanjang garis ini. Silahkan.”
Siswa B: (maju ke depan)
Guru: (memandang siswa lainnya ) “Yang lain juga, silahkan gambar garis AB dan AD di buku kalian lalu perpanjanglah garis tersebut.” (guru lalu mengelilingi kelas sambil memeriksa pekerjaan siswa)
Siswa B: “Sudah, Bu.”
Guru: “Menurutmu apa yang terjadi pada garis tersebut?”
Siswa B dan siswa lainnya: (memandang garis yang diperpanjangnya)
Guru: (jika siswa ragu-ragu guru akan membimbing dengan pertanyaan) “Apakah garisnya bertemu atau berpotongan.”
Siswa B: “Berpotongan, Bu.”
Guru: “Tepat. Silahkan duduk kembali di bangkumu.” (guru memandang seluruh siswa) “Inilah yang disebut dua garis berpotongan.” (guru menulis ‘Dua garis berpotongan pada poster lainnya, lalu menghadap ke siswa lagi) “Jadi, dua garis berpotongan jika apa?”
Siswa: “Jika garisnya berpotongan.”
Guru: “Pintar. Jadi dua garis dikatakan berpotongan jika berada disatu bidang datar dan mempunyai satu titik potong.” (guru menggambar satu garis dan member nama AB dan CD) “Coba perhatikan garis yang baru ibu gambar. Apa yang kalian pikirkan tentang garis tersebut?”
Siswa: “Garisnya cuma satu, Bu.”
Guru: “Terlihat satu garis saja, padahal yang sebenarnya adalah gambar tersebut memiliki dua garis, yaitu garis AB dan garis CD. Garis yang seperti ini dinamakan dua garis berimpit.” (guru menulis ‘Dua garis berimpit’ pada poster) “Jadi dua garis dikatakan berimpit jika apa?”
Siswa: “Jika garisnya terlihat Cuma satu.”
Guru: (menambahkan) “Dan tertelak pada satu bidang datar. Sekarang coba kita perhatikan gambar balok sebelumnya.” (guru menunjuk gambar balok) “Kita coba gambarkan diagonal garisnya AC dan FH. Lalu kita perpanjang, coba siswa C perpanjang garis AC dan FH)
Siswa C: (maju) “Sudah bu.”
Guru: “Apa yang kamu pikirkan melihat garis tersebut?”
Siswa: “Berpotongan Bu.”
Guru: “Bagus. Silahkan duduk di bangkumu.” (guru memandang siswa lainnya sambil tetap menjaga senyum. Tujuannya agar siswa tetap rileks dalam belajar) “Semuanya, resapilah ini. Dua garis akan berpotongan kalau berada di satu bidang yang sama. Sekarang coba kita sama-sama perhatikan. Garis AC terletak pada bidang apa?”
Siswa: “ABCD, Bu.”
Guru: “Bagus. Kalau garis FH?”
Siswa: “Bidang EFGH.”
Guru: “Apakah kita bisa mengatakan kedua garis berada di bidang yang sama sedangkan kita tahu kalau garis AC di bidang ABCD dan garis FH di bidang EFGH? Dan kalau kita anggap saja bidang tersebut seperti kelas ini. Dengan ABCD adalah lantai kelas, dan EFGH adalah langit-langit kelas, apakah kedua bidang tersebut bertemu?” (guru menunjuk lantai kelas dan langit-langit kelas)
Siswa: (menggelengkan kepalanya) “Tidak, Bu.”
Guru: “Kalau jawaban kita tidak, maka apakah masih bisa kita sebut garis AC yang terletak dilantai kelas, berpotongan dengan garis FH yang tertetak di langit-langit?” (kembali menunjuk lantai kelas dan langit-langit kelas)
Siswa: “Tidak.”
Guru: “Nah, sekarang kita kembali lihat garis AC dan FH di balok. Apakah kalian merasa garis tersebut bersilangan? Coba kita perhatikan dengan seksama. Bagaimana? Apakah terlihat bersilangan?”
Siswa: “Bersilangan Bu.”
Guru: “Bagus. Jadi, garis AC dan FH ini disebut dua garis bersilangan.” (guru menuliskan ‘Dua garis bersilangan pada poster). “Dua garis dikatakan bersilangan jika tidak terletak pada satu bidang datar dan jika diperpanjang tidak akan perpotongan. Paham?”
Siswa: (mengangguk) “Paham.”
Guru: “Coba kita ulangi lagi, dua garis dikatakan sejajar, perpotongan, berimpit, dan bersilangan jika apa saja?”
Siswa: (menjawab)
Guru: (bertepuk tangan) “Kalian memang hebat. Sebelum kita lanjutkan, apakah ada yang ditanyakan?”
Siswa: “Tidak ada.”
Guru: “Baiklah. Terlebih dahulu Ibu akan ajak kalian bermain sebut angka 20. Kalian boleh menyebut satu atau dua angka dan siapa yang duluan mencapai angka dua puluh dia yang menang. Misalnya, kalau ibu bilang 1, ibu tunjuk kalian dan bilang 2, 3. Atau 2 saja. Mengerti?”
Siswa: “Mengerti.”
Guru: “OK kita mulai.”
Guru dan siswa bermain sebentar.
Guru: “Setelah kesenangan yang singkat tadi, sekarang mari kita fokuskan kembali perhatian kita ke sub materi selanjutnya.” (guru menghapus papan tulis dan melepas gambar kotak dan balok. Guru lalu menempel poster yang berhubungan dengan sudut). (Guru kembali menghadap siswa) “Coba kita perhatikan ujung meja, atau pojok jendela dan pintu? Berbentuk apakah ujung meja atau pojok jendela dan pintu?”
Siswa: (berpikir)
Guru: “Sudut bukan?”
Siswa: (mengangguk membenarkan)
Guru: “Ujung meja dan pojok dari jendela dan pintu itu merupakan conroh dari sudut dalam kehidupan sehari-hari kita. Coba kita lihat kelas ini. Mana sajakah sudutnya?”
Siswa: (memperhatikan sekeliling kelas)
Guru: “Yang sebelah sini, sana, ujung sana dan sana adalah sudut di kelas ini.” (menunjuk sudut di kelas). “Dan kalau dalam matematika, sudut terbentuk dari dua sinar yang titik pangkalnya berimpit. Seperti ini.” (guru menunjuk poster yang ditempel sebelumnya) “Ini dua sinar yang membentuk sudut. Ini disebut kaki sudut, titik sudut, dan ini daerah sudut. (menuliskan bagian-bagian sudut di poster tersebut). “Apakah ada yang tahu, sudut dinotasika dengan apa? Ini.” (guru menuliskan notasi sudut di papan tulis)
“Jadi kalau sudut ABC ditulis dengan notasi seperti apa? Ada yang bisa?
Siswa: “Saya bu.”
Guru: “Coba ibu minta siswa D.”
Siswa D: (menuliskannya)
Guru: “Tepat sekali.” (sambil mengangguk) “Terima kasih. Kamu boleh duduk kembali. Jadi cara menuliskan sudut dalam bentuk notasi seperti ini. Sekarang perhatikan poster ini.” (guru menempel poster). “Satuan untuk sudut dapat dinyatakan dalam bentuk derajat, menit dan detik. Dan hubungannya bisa kalian lihat dalam poster ini. Derajat di simbolkan dengan ini.” (menuliskan derajat) “Menit dengan simbol ini.” (menuliskan simbol menit) “Dan detik” (menuliskan simbol detik). “Hubungan dalam poster tersebut akan lebih jelas jika kita masuk ke contoh.”
Guru menjelaskan contoh dan siswa memperhatikan.
Guru: “Paham?”
Siswa: “Paham…”
Guru: “Ada yang ditanyakan tentang materi ini?” (sambil mengangkat tangan agar ada siswa yang mau bertanya)
Siswa: “Tidak ada.”
Guru: “Kalau begitu kerjakan LKS ini dalam 10 menit.” (guru membagikan LKS).
Siswa: (mengerjakan LKS)
Guru: (sementara siswa mengerjakan LKS, guru akan memutar lagu klasik sembari memantau kegiatan siswa. Dan membantu siswa yang mengalami kesulitan)
Setelah 10 menit berlalu guru meminta beberapa siswa maju ke depan.
Guru memuji keberhasilan siswa.
Guru: “Karena pembelajaran hampir berakhir, coba kita sama-sama menyimpulkan apa yang telah kita pelajari hari ini.”
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan.
Guru: “Harap diingat apa yang telah kita simpulkan dari pembelajaran tadi. Dan sekarang coba menghadaplah ke teman sebangku kalian. Lalu katakana kalimat pujian padanya, bergantian. Misalnya katakana ‘Kamu berhasil memahaminya. Sebagai temanmu saya bangga padamu.’
Siswa: (mengikuti perintah guru)
Guru: “Mari bertepuk tangan untuk keberhasilan kita hari ini.”
Guru dan siswa bertepuk tangan.
Guru: “Terima kasih banyak atas kerja sama dan perhatiannya. Ibu bangga bisa belajar bersama kalian hari ini. Dan, untuk yang belum punya penggaris dan busur derajat, ingat untuk membelinya pulang sekolah ini. Sampai jumpa lagi besok. Assalamualaikum…”
Siswa menjawab salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar